Ini
adalah kisah seorang pemuda tampan yang shalih dalam memilih calon
istri, kisah ini tak bisa dipastikan fakta atau tidak, namun semoga
pelajaran yang ada didalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama
Muslimah yang belum menikah semoga menjadi renungan.
Ia sangat tampan, taat (shalih), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya untuk segera menikah.
Mereka, orangtuanya, telah memiliki banyak proposal yang datang, dan dia telah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, mungkin saja ada seseorang yang lain yang berada di pikirannya.
Namun setiap kali orangtuanya membawa seorang wanita ke rumah, pemuda itu selalu mengatakan "dia bukanlah orangnya!"
Pemuda itu menginginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan
agamanya dengan baik (shalihah). Suatu malam, orangtuanya mengatur
sebuah pertemuan untuknya, untuk bertemu dengan seorang gadis, yang
relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu dan
seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan untuk berbicara, dan
saling menanyakan pertanyaan satu sama lainnya, seperti biasa.
Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu untuk bertanya terlebih dahulu.
Gadis itu menanyakan banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia
menanyakan tentang kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya,
keluarganya, kebiasaannya, hobinya, gaya hidupnya, apa yang ia sukai,
masa lalunya, pengalamannya, bahkan ukuran sepatunya…
Si pemuda
tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan
sopan. Dengan tersenyum, gadis itu telah lebih dari satu jam, merasa
bosan, karena ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan kemudian meminta
pemuda itu, apakah ia ingin bertanya sesuatu padanya?
Pemuda
itu mengatakan, baiklah, Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis itu
berpikir girang, baiklah hanya 3 pertanyaan, lemparkanlah.
Pemuda itu menanyakan pertanyaan pertama:
Pemuda: Siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini, seseorang yang dicintai yang tidak ada yang akan pernah mengalahkannya?
Gadis: Ini adalah pertanyaan mudah, ibuku. (katanya sambil tersenyum)
Pertanyaan ke-2
Pemuda: Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur'an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya?
Gadis: (Mendegar itu wajah si Gadis memerah dan malu), aku belum tahu
artinya sama sekali, tetapi aku berharap segera mengetahuinya insya
Allah, aku hanya sedikit sibuk.
Pertanyaan ke-3
Pemuda: Saya telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh
lebih cantik daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu?
Gadis: (Mendengar itu si Gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan
marah), Aku tidak ingin menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan
kepintaranku.
Dan akhirnya orangtua si pemuda sekali lagi
tidak mencapai kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda sangat
marah, dan mengatakan "mengapa kamu membuat marah gadis itu, keluarganya
sangat baik dan menyenangkan, dan mereka relijius seperti yang kamu
inginkan. Mengapa kamu bertanya (seperti itu) kepada gadis itu? beritahu
kami!".
Pemuda itu mengatakan, Pertama aku bertanya kepadanya,
siapa yang paling kamu cintai? dia menjawab, ibunya. (Orangtuanya
mengatakan, "apa yang salah dengan itu?") pemuda itu menjawab, "Tidaklah
dikatakan Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya
(shalallahu'alaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia ini". Jika
seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahu'alaihi wa sallam)
lebih dari siapapun, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap
setia padaku, karena cinta itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala, dan kami akan berbagi cinta ini, karena cinta ini adalah yang
lebih besar daripada nafsu untuk kecantikan.
Pemuda itu
berkata, kemudian aku bertanya, kamu banyak membaca Al-Qur'an, dapatkan
kamu memberitahuku arti dari salah satu surat? dan dia mengatakan tidak,
karena belum memiliki waktu. Maka aku pikir semua manusia itu mati,
kecuali mereka yang memiliki ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan
tidak menemukan waktu untuk mencari ilmu, mengapa Aku harus menikahi
seorang wanita yang tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dan apa
yang akan dia ajarkan kepada anak-anakku, kecuali bagaimana untuk
menjadi lalai, karena wanita adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik.
Dan seorang wanita yang tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan
memiliki waktu untuk suaminya.
Pertanyaan ketiga yang aku
tanyakan kepadanya, bahwa banyak gadis yang lebih cantik darinya, yang
telah melamarku untuk menikah, mengapa Aku harus memilihmu? itulah
mengapa dia mengadu, marah. (Orangtua si pemuda mengatakan bahwa itu
adalah hal yang menyebalkan untuk dikatakan, mengapa kamu melakukan hal
semacam itu, kita harus kembali meminta maaf). Si pemuda mengatakan
bahwa Nabi (shalallahu'alaihi wa sallam) mengatakan "jangan marah,
jangan marah, jangan marah", ketika ditanya bagaimana untuk menjadi
shalih, karena kemarahan adalah datangnya dari setan. Jika seorang
wanita tidak dapat mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru
saja ia temui, apakah kalian pikir dia akan dapat mengontrol amarah
terhadap suaminya??
Pelajaran akhlak dari kisah tersebut adalah, pernikahan berdasarkan:
Ilmu, bukan hanya penampilan (kecantikan)
Amal, bukan hanya berceramah atau bukan hanya membaca
Mudah memaafkan, tidak mudah marah
Ketaatan/ketundukan/keshalihan, bukan sekedar nafsu
Dan memilih pasangan yang seharusnya:
Mencintai Allah lebih dari segalanya
Mencintai Rasulullah (shalallahu ‘alai wa sallam) melebihi manusia manapun
Memiliki ilmu Islam, dan beramal/berbuat sesuai itu.
Dapat mengontrol kemarahan
Dan mudah diajak bermusyawarah, dan semua hal yang sesuai dengan ketentuan Syari'at Islam.
0 comments:
Post a Comment