Ada seorang istri, ia seorang hafidzah dan memiliki ilmu agama sangat
baik. Wanita tersebut memberikan pendidikan kepada anaknya berumur tujuh
tahun yang seorang bisu dan tuli. Suami dari wanita ini merupakan
seorang pendosa. Wanita ini dengan segenap ilmunya berusaha menyadarkan
suaminya, namun belum juga berhasil. Namun wanita ini memiliki perhatian
yang khusus dan lebih kepada anaknya yang cacat ini. Ia memberikan
pendidikan yang baik kepada anaknya yang cacat ini dengan penuh kesabaran.
Pada suatu ketika anaknya yang bisu dan tuli ini menatap wajah ayahnya dengan tatapan tajam dan memeberi isyarat, “Wahai Ayah, sholatlah! Apakah Engkau tidak takut kepada siksa dan azab Allah?”.
Pada suatu ketika anaknya yang bisu dan tuli ini menatap wajah ayahnya dengan tatapan tajam dan memeberi isyarat, “Wahai Ayah, sholatlah! Apakah Engkau tidak takut kepada siksa dan azab Allah?”.